Berita  

Turunkan Angka Kematian Ibu karena Kanker Serviks di Papua Barat Daya, Jadi Komitmen Dinkes P2KB

Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya memiliki komitmen kuat, untuk menurunkan angka kematian ibu karena kanker serviks dan kanker payudara.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya Naomi Netty Howay mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu karena kanker serviks, yaitu dengan mengadakan Pelatihan Deteksi Dini Kanker Serviks Bagi Dokter dan Bidan se-Provinsi Papua Barat Daya.

“Ini untuk pertama kali Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Barat Daya melakukan pelatihan pemeriksaan dini kanker serviks. Kami Dinas Kesehatan mempunyai komitmen kuat, untuk menurunkan angka kematian ibu karena kanker serviks dan kanker payudara,” ungkap Naomi saat membuka kegiatan Pelatihan Deteksi Dini Kanker Serviks Bagi Dokter dan Bidan se-Provinsi Papua Barat Daya, di Hotel Vega, Kota Sorong, Selasa (21/11/2023).

Menurutnya, kanker serviks dan kanker payudara merupakan pencetus kematian pertama bagi perempuan Indonesia lebih khusus di tanah Papua. Oleh karena itu, pihaknya merasa perlu menyiapkan sumber daya manusia kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dini yang melibatkan dokter dan juga bidan di puskesmas maupun di rumah sakit, supaya ada kolaborasi dan sinergitas antara pusat-pusat pelayanan faskes, Dinas Kesehatan dan juga organisasi profesi POGI yang merupakan organisasi dokter spesialis kandungan.

“Jadi semua harus sinergi, kedepan kita berharap teman-teman yang dilatih hari ini bisa melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas dan bisa melaporkan ke rumah sakit secara berjenjang, untuk dilakukan pemeriksaan lanjut. Sehingga bisa menekan angka kesakitan kanker itu sendiri,” tuturnya.

Diakui Netty, peserta yang ikut pelatihan deteksi dini kanker serviks berjumlah 36 orang dokter dan bidan yang berasal dari kabupaten/kota se-Provinsi Papua Barat Daya.

“Kita berharap dengan kegiatan hari ini Dinas Kesehatan bisa bersinergi dengan rumah sakit, lalu ada alat-alat kesehatan dan juga SDM yang harus kita lengkapi. Makanya harus ada pelatihan untuk dokter umum yang bisa menggunakan alkes itu dan juga berharap kabupaten kota serius dengan hal ini dengan menyiapkan anggaran untuk pemeliharaannya dan juga insentif bagi petugas yang bekerja supaya mereka juga bisa ada motivasi atau semangat untuk bekerja,” tandasnya.

Sementara itu, Dr.dr. Teuku Mirza Iskandar, SpOG menyatakan, kegiatan pelatihan ini dilaksanakan untuk melatih tenaga kesehatan yaitu dokter umum dan bidan yang ada di faskes tingkat pratama, agar bisa melakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui ada tidaknya lesi prakanker atau kanker. Yaitu melakukan pelatihan dengan mengoleskan asam cuka di mulut rahim pasien.

“Jadi ini merupakan langkah langsung yang lebih menguntungkan terutama untuk daerah seperti Papua Barat Daya, yang jauh dan sulit dijangkau dengan pemeriksaan IVA,” bebernya.

IVA, sambungnya, keuntungannya bisa langsung diketahui, sedangkan Pap Smear itu butuh laboratorium dan tenaga dokter patologi.

“Kalau IVA dengan bidan atau dokter serta tenaga kesehatan di daerah melakukan pemeriksaan, bisa langsung mengetahui kecurigaannya,” tambahnya.

Ditambahkannya, Papua Barat Daya melakukan pelatihan yang pertama dan ini merupakan satu langkah awal. Harapannya, kesehatan masyarakat di Papua Barat Daya terutama kesehatan kaum perempuan bisa dipantau terus oleh Dinas Kesehatan.

“Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan dan profesi dalam hal ini POGI harus bekerja sama. Ini suatu kegiatan yang positif, bukan hanya untuk di Papua Barat Daya tapi juga di seluruh Indonesia,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *