Berita  

Tua-tua Keladi Makin Tua Makin Menjadi

Tua-tua keladi makin tua makin menjadi, julukan ini sepertinya sangat cocok diberikan kepada SLW-A2 atau biasa yang disebut Sumur Alfa 2.

Meskipun sudah berumur sekitar 47 tahun, namun Sumur Alfa 2 yang mulai beroperasi tahun 1977 ini masih terus produktif menghasilkan minyak bumi sekitar 80 Barrel of Oil Per Day (BOPD) dan gas.

Well Intervention Sumur Alfa 2, foto: Yanti/BalleoNEWS.com

Sumur Salawati A2 sendiri merupakan salah satu sumur minyak milik PT Pertamina EP Papua Field yang berlokasi di Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.

Sejak mulai beroperasi dari tahun 1977, ternyata baru 2 kali dilakukan well intervention atau service sumur di SLW-A2, yakni pada tahun 1979 dan 2023. Service sumur sendiri dilakukan tujuannya untuk meningkatkan produktivitas ataupun produksi dari sumur itu sendiri.

Beruntung saat saya bersama teman-teman media lainnya berkesempatan mendatangi dan meninjau langsung Lapangan Produksi Salawati PT Pertamina EP Papua Field pada Senin 2 Oktober 2023 lalu, para pekerja tampak baru selesai melakukan well intervention atau service sumur di Sumur Salawati A2.

Para pekerja sedang melakukan service sumur SLW-A2, foto: Yanti/BalleoNEWS.com

HSE Muhammad Nur Setiadi mengatakan, SLW-A2 sebelum dilakukan well intervention, berproduksi dengan menggunakan injeksi gas. Dimana gross nett atau minyak yang dihasilkan sekitar 80 BOPD atau sekitar 1 persen dari 20.000 fluida yang dihasilkan. Sedangkan kadar air yang dihasilkan dari Sumur Alfa 2 ini sekitar 99 persen.

“Kemarin kita sedang melakukan kegiatan well intervention atau service sumur, dimana tujuannya untuk meningkatkan produktivitas ataupun produksi dari sumur itu sendiri,” ungkap Nur Setiadi dalam Media Visit ke Lapangan Produksi Salawati PT Pertamina EP Papua Field, Senin (02/10/2023).

HSE Muhammad Nur Setiadi, foto: Yanti/BalleoNEWS.com

Dijelaskan Nur Setiadi, saat melakukan service sumur SLW-A2, dilakukan penggantian pompa ataupun trouble sub yang lain untuk meningkatkan produksi dari Sumur Alfa 2.

Kemudian Supervisor Unit Rig Adrie Defrie Kodong menjelaskan, dulunya Sumur Alfa 2 beroperasi dengan menggunakan injeksi gas. Namun sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi, kini SLW-A2 berproduksi menggunakan Submersible Pump (SSP).

“Penggantian dari injeksi gas ke Submersible Pump dilakukan agar bisa meningkatkan produksi dari sumur alfa dua. Tahapannya, setelah dilakukan well intervention kemudian akan dilakukan well test oleh orang operation,” ujarnya.

Diceritakan Adrie, sebelum dilakukan service sumur, pihaknya terlebih dahulu melakukan mitigasi. Hal ini dikarenakan sumur SLW-A2 sendiri merupakan sumur tua, sehingga pihaknya was-was dengan resiko yang ada.

Lanjutnya, well intervention sumur SLW-A2 dilakukan selama 8 hari mulai dari moving dan operasi selama 5 hari, yang dilakukan oleh pekerja sebanyak 8 orang.

“Komponen yang diganti dari sumur alfa dua ini adalah pompanya atau alat pengangkatan dari dalam sumur. Dimana dulunya kita pakai injeksi gas tapi sekarang diganti Submersible Pump (SSP), yaitu salah satu metode pengangkatan buatan atau artificial lift yang sering digunakan pada sumur-sumur minyak yang sudah tidak mampu berproduksi secara alami atau natural flow,” beber Adrie.

Prinsip kerja dari Submersible Pump (SSP), sambungnya, adalah dengan mengubah tenaga yang dihasilkan oleh sistem peralatan SSP menjadi tenaga yang mengangkat fluida reservoir ke permukaan.

“Dengan adanya pergantian dari injeksi gas ke SSP tetap ada pengaruh terhadap hasil produksi. Sekarang kapasitas pompanya 3000 BOPD. Dengan menggunakan pompa SSP, kita bisa mengurangi kadar airnya dan meningkatkan dari minyak itu sendiri. Kenapa harus menggunakan SSP, karena kemarin sempat kita mengontrak kompresor. Sekarang kontraknya dengan perusahaan pihak ketiga sudah selesai atau habis dan karena kita tidak ada cara lain untuk pengangkatan, maka kita memutuskan beralih melakukan pengangkatan dengan cara SSP. Hal ini dilakukan agar sumur ini tidak mati dan tetap bisa melakukan produksi,” imbuhnya.

Separator yang terpasang di lapangan produksi salawati, foto: Yanti/BalleoNEWS.com

Kemudian Operator produksi Yulius Meder menjelaskan, sebelum dilakukan well intervention, kandungan air, gas dan minyak yang diangkat dari Sumur Alfa 2 dialirkan ke flyland menuju ke separator. Dari separator dibagi menjadi tiga fase untuk memisahkan kandungan air, gas dan minyak.

“Gasnya dialirkan ke flyring terus airnya kita injeksikan lagi ke sumur injeksi Alfa 3 dan 4 sebagai pressure maintenance ataupun pressure dari sumur-sumur yang ada di lokasi salawati. Terus minyaknya kita bawa ke tangki SPU. Setelah itu pompakan ke oilbars, kemudian dikirimkan ke KMT Petrogas untuk di lifting disana. Dari KMT Petrogas kemudian minyak tersebut akan diolah di Kilang RU VII Kasim menjadi bahan-bahan yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat misalnya seperti pertalite, pertamax dan sisanya bisa dijadikan aspal dan lainnya,” paparnya.

Selain itu, kata Yulius, ada 5 sistem di SLW-A2 yang harus saling berkaitan dan berjalan untuk kegiatan rig. Diantaranya holisting system yaitu sistem angkat, dimana didalam sumur ada rangkaian cubing atau casing yang nantinya akan diangkat menggunakan traving block atau sistem pengangkatan.

Kemudian sistem putar atau rotating system, dimana apabila melakukan pengeboran atau kegiatan-kegiatan peningkatan produksi yang memutar dari pipa itu adalah sistem rotasi.

Selanjutnya power system yang digerakkan oleh drowk dan premover untuk menggerakan unit-unit tersebut. Kemudian ada sirkulating system, tujuannya untuk menjaga kondisi rig atau sumur agar tetap aman, supaya tidak ada potensi blowout atau semburan liar dari dalam sumur itu sendiri. Terakhir sistem barrier, kalau dari sistem sirkulasi sendiri tidak bisa melakukan pengontrolan maka ada yang namanya BOP sistem.

“Ketika dilakukan service akan terpasang semua rangkaiannya. Dimana jika ada semburan bisa ditutup, kemudian dilakukan kegiatan penanganan lanjutan untuk mengamankan sumur,” bebernya.

Selain itu, Jacobus Filemon Malak Sub Kontraktor PT Numro Jaya menjelaskan, kendala yang dihadapi selama dilakukan service sumur SLW-A2 yaitu powerton karena masih menggunakan kunci manual, sehingga membuat proses pengerjaan agak lama.

“Service sumur alfa dua dilakukan dalam 24 jam, yaitu shift siang dan malam. Kendala yang kami hadapi selama pekerjaan yaitu untuk mematikan sumur, karena alat-alat yang digunakan di sumur alfa dua ini sudah tidak bagus sehingga agak susah,” tegasnya.

Ditambahkannya, saat dilakukan sercice sumur SLW-A2, pihaknya menggunakan HCL atau garam dengan berat 1 poin 5 atau 300 barel untuk mematikan sumur.

“HCL atau garam dengan berat 1 poin 5 atau 300 barel kita pompa kedalam sumur. Kita tekan agar formasi dari dalam sumur biar tidak naik kembali, hal ini dilakukan karena tekanan dari dalam sumur besar sekali. Nanti Kalau mau produksi kembali, garam-garam itu harus diangkat kembali dengan pompa,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *