Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DEO Sorong mengeluarkan peringatan dini tentang puncak curah hujan yang intensitasnya meningkat di Kota Sorong khususnya dan Provinsi Papua Barat Daya umumnya, selama bulan Juni, Juli dan Agustus 2023.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak yang timbul akibat meningkatnya curah hujan yakni adanya bencana banjir dan tanah longsor, seluruh Kepala Distrik dan Kepala Kelurahan yang ada di Kota Sorong diminta untuk tanggap dengan memberikan informasi kepada seluruh warganya agar selalu siaga dan waspada selama puncak curah hujan terjadi.
Selain itu, Kepala Distrik dan Lurah juga diminta agar dapat mengajak warganya melakukan hal-hal positif misalnya membersihkan selokan-selokan atau got dari tumpukan sampah dan juga mengimbau warganya yang tinggal di daerah yang rawan terjadi longsor untuk dapat menghindar ketika terjadi hujan deras.
Koordinator Seksi Observasi Stasiun BMKG DEO Sorong Laode Bangsawan mengatakan, pola hujan di Papua Barat Daya berbeda dengan pola hujan yang ada di Jawa. Dimana kalau di Jawa pola hujannya disebut monsunal atau puncak curah hujan terjadi diakhir dan awal tahun.
Sedangkan di Papua Barat Daya, pola hujannya bersifat lokal atau anti monsunal. Dimana puncak hujan terjadi dipertengahan tahun yaitu bulan Juni, Juli dan Agustus.
“Berdasarkan data yang terecord di BMKG, maka kami memberikan warning kepada seluruh masyarakat Kota Sorong agar waspada bahaya bencana banjir dan tanah longsor. Kita sudah masuk di pertengahan tahun, dimana puncak hujan terjadi bulan Juni, Juli dan Agustus. Marilah kita bersama-sama meningkatkan kewaspadaan,” tegas Koordinator Seksi Observasi Stasiun BMKG DEO Sorong Ode Bangsawan saat memberikan pemaparan terkait puncak curah hujan di Kota Sorong dalam rapat koordinasi bersama Kepala Distrik dan Lurah se-Kota Sorong, yang berlangsung di Kantor Walikota Sorong, Rabu (21/6).
Berdasarkan data yang ada, kata Ode, selama bulan Juni hampir setiap hari hujan turun di Kota Sorong dengan berbagai intensitas. Lanjutnya, untuk hujan bulanan di periode Juni dan Juli masuk ke intensitas tinggi yakni 300 mm sampai 500 mm.
Dijelaskannya, kategori hujan ringan disaat intensitasnya 20 milimeter atau kurang, kategori hujan sedang kalau lebih dari lebih dari 20 milimeter sampai 50 milimeter dan hujan kategori lebat jika lebih dari 50 milimeter sampai 100 milimeter dan jika lebih dari itu maka masuk kategori sangat lebat hingga ekstrem.
“Dikarenakan kita sedang memasuki periode puncak hujan, sehingga kita imbau masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan banjir dan longsor agar waspada. Hujan bukan satu-satunya parameter untuk bencana banjir dan longsor, tapi itu adalah salah satu parameter penting yang mempengaruhi kejadian banjir dan longsor,” ujarnya.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang sudah tahu daerahnya rawan maka berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan serta senantiasa memantau informasi dari BMKG.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Sorong Herlin Sasabone menyatakan, tujuan digelarnya rapat dengan mengumpulkan Pimpinan OPD dan seluruh kepala distrik dan lurah se-Kota Sorong yaitu untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan curah hujan tinggi di Kota Sorong, berdasarkan peringatan dini dari BMKG Sorong.
“Rapat ini tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada kepala distrik dan lurah, agar dapat menyiapkan warganya agar tetap waspada karena kita sudah masuk pada puncak hujan,” ungkapnya.
Lanjut Herlin, berdasarkan pengalaman-pengalaman yang terjadi tahun 2022 lalu, dimana Kota Sorong menghadapi bencana banjir dan tanah longsor dengan adanya korban jiwa dan kerusakan bangunan dan infrastruktur yang ada akibat curah hujan yang tinggi pada pertengahan tahun.
“Tahun kemarin juga tiga kali kami melakukan upaya pemanjangan tanggap darurat, tentu pengalaman dari situ kita mengimbau kepada masyarakat supaya waspada. Karena saat ini kita sudah diingatkan oleh BMKG bahwa kita sudah masuk dalam puncak hujan dengan intensitas yang semakin lama semakin tinggi,” bebernya.
Potensi terjadinya banjir dan tanah longsor, kata Herlin, salah satu pemicunya adalah curah hujan. Jadi kalau hujan sudah sangat tinggi dengan durasi yang lama, kemudian air laut pasang maka akan terjadi genangan.
“Makanya untuk daerah-daerah yang rawan terjadi banjir saat hujan misalnya Kelurahan Matalamagi dan Sawagumu, ini harus diwaspadai oleh masyarakat. Sedangkan kepada masyarakat yang tinggal di dekat tebing, lereng gunung atau bukit serta dekat aliran sungai, juga harus waspada longsor,” imbaunya.
Menurut Herlin, untuk bencana longsor itu tidak bisa diketahui kapan terjadi. Tapi untuk tanda-tandanya sesungguhnya sudah bisa terlihat. Misalnya, air sumur keruh, ada retakan-retakan dibangunan rumah, kemudian dibagian tebing sudah mulai retak atau pecah-pecah akibat aliran air.
“Jadi kalau sudah terjadi hujan dengan intensitas lebat dan lama, maka sebaiknya kita mengungsi di tempat yang aman. Karena pergerakan tanah itu dia terjadi tiba-tiba, sedangkan kalau banjir itu kita bisa lihat air mulai naik,” tambahnya.
Katanya, warga Kota Sorong juga lebih meningkatkan kewaspadaan karena akhir-akhir ini hujan terjadi di malam hari.
“Pertemuan tadi juga kita mengundang OPD terkait, misalnya Dinas Sosial. Kita menanyakan kesiapan mereka apa, kita tidak minta terjadi terjadi bencana tapi paling tidak kita sudah harus siap. Tadi Kepala Dinas Sosial sudah melaporkan, ada lumbung-lumbung di distrik yang terdapat bahan logistik. Kemudian Dinas Lingkungan Hidup juga akan menebang pohon-pohon yang dianggap berbahaya jika terjadi hujan dengan angin kencang,” tegasnya.