Sebanyak 20 mahasiswa Southern Cross University Australia melakukan kunjungan ke Kota Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, Selasa (20/8/2024).
Dalam kunjungannya, 20 mahasiswa yang didampingi dua dosen yakni Prof Amanda Reichelt Brusshet dan Prof Kirsten Benkendorf dari Southern Cross University Australia, tampak mendatangi Rumah Singgah Bentang Alam Papua Foundation, yang beralamat di Jalan Sriti II, HBM Kota Sorong.
Pantauan BalleoNews, mereka juga menyempatkan waktu menyusuri Sungai Remu dengan didampingi Ketua Bentang Alam Papua Foundation Syafrudin Sabonama, untuk melihat dari dekat kondisi dari Sungai Remu.
“Hari ini dua puluh mahasiswa dari Southren Cross University di Australia didampingi dua dosen mereka berkunjung ke sekolah sungai, untuk menjajaki pengalaman mereka yang baru tentang bagaimana kondisi sungai di negara-negara berkembang,” ungkap Syafrudin kepada awak media.
Dikatakannya, 20 mahasiswa dan dua dosen SCU Australia memilih Kota Sorong untuk dikunjungi, karena sebelumnya mereka telah bekerjasama dengan Universitas Al Amin (Unamin) Sorong. Dengan adanya kerjasama itu, kata Sabonama, sehingga mereka kemudian bisa datang berkunjung ke Sorong.
“Kami berharap dengan adanya kunjungan ini semakin memacu teman-teman LSM dan NGO, baik lokal maupun yang sifatnya internasional yang ada di daerah untuk terus bekerja dengan sepenuh hati dan menanamkan nilai-nilai integritas untuk kebaikan banyak orang,” ujarnya.
Ketua Bentang Alam Papua meyakini, kunjungan ini merupakan sebuah bentuk penguatan buat teman-teman gerakan bahwa menjaga alam Papua adalah tanggung jawab semua.
“Kita yang hidup diatas tanah ini harus mengambil peran untuk melakukan sesuatu, jangan kita biarkan negeri ini menjalani takdirnya hanya seorang diri tetapi semua elemen harus mengambil peran itu,” imbuhnya.
Menurut Sabonama, setelah menyusuri Sungai Remu, mahasiswa dan dosen SCU Australia menyoroti terkait kondisi Sungai Remu yang tampak sangat memprihatinkan karena banyak sampah plastik yang dibuang oleh masyarakat kedalam sungai.
Tidak hanya itu, mereka juga menyoroti terkait masalah sanitasi warga yang ada di sepanjang Sungai Remu.
“Mereka menyoroti terkait dengan sanitasi warga, karena sampai saat ini masih banyak sanitasi warga yang langsung dibuang ke sungai dan mereka cukup prihatin dengan kondisi itu. Ini menjadi sebuah catatan buat kami bahwa memang benar sungai ini di samping menjadi tempat sampah, juga menjadi tempat pembuangan sanitasi warga,” tegasnya.
Lanjut Sabonama, 20 mahasiswa SCU Australia juga memberikan saran agar masyarakat yang ada di Provinsi Papua Barat Daya mengurangi atau meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai.
“Mereka memberikan saran kalau bisa masyarakat menggunakan produk-produk yang bisa didaur ulang yang berasal dari bahan lokal,” tandasnya.
Sementara itu, dosen yakni Prof Amanda Reichelt Brusshet dan Prof Kirsten Benkendorf dari Southern Cross University Australia menyatakan, pendidikan dan perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik sangat penting, termasuk perubahan lintas generasi.
Tidak hanya itu, masyarakat juga perlu diberikan akses yang mudah ke fasilitas pembuangan sampah yang tepat.
“Salah satu hal yang sangat penting adalah memastikan seluruh kota memiliki sistem pengelolaan limbah domestik yang memadai. Seperti septic tank atau pengolahan limbah terpusat, untuk mencegah pencemaran sungai,” bebernya.
Menurut Amanda, pihaknya juga telah melakukan banyak penelitian mengenai berbagai masalah polusi dan pencemaran lingkungan dan berupaya mencari solusi yang efektif.