Sorong – Skrining riwayat kesehatan merupakan langkah pencegahan yang terus digencarkan sebagai deteksi awal penyakit bagi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Layanan ini dapat membantu peserta untuk mengetahui potensi penyakit kronis pada dirinya. Dengan adanya skrining, peserta dapat aktif menjaga kesehatan sejak awal sebelum terserang berbagai penyakit yang lebih berbahaya,” ujar Kepala BPJS Kesehatan Cabang Sorong Pupung Purnama, Kamis (18/9/2025).
Menurutnya, saat ini gaya hidup masyarakat tidak sehat dan pola makan tidak teratur. Hal ini mengakibatkan tingkat stres yang tinggi, membuat masyarakat lebih rentan terkena penyakit kronis.
Oleh karena itu, skrining kesehatan menjadi langkah awal yang penting agar pencegahan bisa dilakukan lebih dini.
Pupung menerangkan, pelaksanaan skrining riwayat kesehatan telah diatur dalam Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 3 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan, Pelayanan Penapisan/Skrining Kesehatan Tertentu dan Peningkatan Kesehatan bagi Peserta Penderita Penyakit Kronis.
Regulasi ini memastikan setiap peserta JKN berhak melakukan skrining secara berkala, sekaligus memperkuat pelaksanaan Program JKN yang berfokus pada pencegahan.
Ada 14 jenis penyakit, sambungnya, yang dapat dideteksi melalui skrining riwayat kesehatan. Diantaranya diabetes melitus, hipertensi, stroke, ischemic heart disease, thalassemia, kanker payudara, kanker serviks, kanker usus, kanker paru, tuberkulosis, penyakit paru obstruktif kronis, hepatitis B, hepatitis C dan anemia.
“Hasil skrining terbagi dua, yaitu tidak berisiko dan berisiko. Jika tidak berisiko, peserta cukup menerapkan pola hidup sehat. Jika berisiko, peserta perlu pemeriksaan fisik lanjutan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),” terang Pupung.
Selain itu, terdapat timeline yang harus diperhatikan peserta. Mulai 1 September 2025, peserta dengan FKTP klinik pratama, dokter praktik perorangan, maupun dokter gigi perorangan diwajibkan melakukan skrining sebelum dapat mengakses layanan.
Selanjutnya pada 1 Oktober 2025, ketentuan tersebut juga berlaku bagi peserta dengan FKTP Puskesmas. Dengan adanya tahapan ini, peserta terbiasa melakukan pencegahan lebih awal.
“Dalam skrining terdapat 49 pertanyaan yang terkait gaya hidup, pola konsumsi makanan dan minuman serta gejala atau kondisi kesehatan yang dirasakan peserta. Hasilnya akan ditampilkan sesuai kelompok penyakit sehingga bisa menjadi dasar tindak lanjut dokter. Dengan begitu, pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih tepat sasaran,” tambah Pupung.
Untuk memudahkan peserta, katanya, BPJS Kesehatan telah menyediakan kanal skrining yang bisa diakses kapan saja, yaitu melalui Aplikasi Mobile JKN atau melalui website http://webskrining.bpjs-kesehatan.go.id atau Pelayanan Administrasi Melalui Whatsapp (PANDAWA) BPJS Kesehatan atau dapat langsung dilakukan di fasilitas kesehatan.
“Kami menghimbau seluruh peserta JKN agar aktif melakukan skrining. Ini langkah sederhana, tapi manfaatnya besar untuk kesehatan jangka panjang. Dengan mengetahui kondisi kesehatan lebih awal, peserta dapat lebih siap mencegah penyakit kronis. Kesehatan adalah investasi dan skrining riwayat kesehatan adalah pintu masuk menuju masyarakat yang lebih sehat,” pungkas Pupung.
Pada kesempatan terpisah, salah satu peserta JKN yang ditemui saat menemani ibunya kontrol kesehatan di fasilitas kesehatan, Sarah Ndandarmana mengaku, awalnya dia tidak mengetahui adanya layanan skrining riwayat kesehatan. Namun setelah membantu mengisikan kuisioner untuk ibunya, Sarah merasa lebih paham mengenai pola hidup yang harus diperhatikan, tidak hanya untuk ibunya, tetapi juga untuk dirinya sendiri maupun keluarga. Dia bahkan menilai layanan ini bisa menjadi pengingat bersama agar keluarga lebih peduli menjaga kesehatan sejak dini.
“Awalnya saya tidak tahu, namun pada saat saya coba mengisi kuisioner untuk ibu saya lewat website skrining BPJS Kesehatan, ternyata sangat mudah. Dari hasilnya saya jadi tahu apa saja yang harus lebih diperhatikan dalam pola makan dan aktivitas ibu saya. Manfaatnya bukan hanya untuk ibu, tapi juga buat saya pribadi dan keluarga,” ungkap Sarah.
Menurutnya, skrining ini sangat membantu anggota keluarga yang ingin memastikan kondisi kesehatan orang tua. Dia merasa lebih tenang karena mendapat gambaran mengenai risiko kesehatan ibunya dan langkah pencegahan yang bisa dilakukan sejak dini.
“Hasil skrining membuat saya sadar kalau pencegahan itu penting. Saya jadi bisa lebih mengingatkan ibu soal makanan yang sebaiknya dikurangi serta dapat mendorong ibu agar tetap rutin berolahraga ringan. Rasanya lebih tenang karena ada panduan jelas dari hasil skrining. Ini juga bisa jadi pegangan bagi keluarga besar kami untuk sama-sama menjaga kesehatan,” tutup Sarah. (*)