Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengatakan, industri hulu migas memiliki dampak yang besar terhadap multiplaying effect.
Dikatakannya, bicara Acceleration Energy For Business Sustainability, migas menjadi suatu hal yang penting dan tidak bisa dipisahkan dari keberlangsungan hidup manusia sehari-hari.
Tidak hanya itu, industri hulu migas juga menjadi bagian yang sangat integral terhadap program astacita yang sudah ditetapkan Presiden.
Dikatakan Hudi, selama 22 tahun perjalanan industri hulu migas, penerimaan negara sudah mencapai Rp 5.045 triliun dan itu menjadi sumber penerimaan negara terbesar setelah pajak.
“Kita melihat juga terjadi peningkatan suplai gas ke domestik. Kalau umpamanya dulu yang namanya gas itu banyak sekali ditaruh ke ekspor, sekarang menjadi prioritas domestik,” ungkap Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas dalam kegiatan Media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina 2025, yang berlangsung di Phinisi Ballroom Claro Hotel, Makassar, Senin (23/6/2025).
Bahkan, kata Hudi, jika dilihat antara tahun 2010-2012 sudah terjadi over life. Sehingga saat ini kurang lebih hampir 70 persen gas yang diproduksi di dalam negeri di Indonesia diperuntukkan untuk domestik market.
Beberapa waktu yang lalu, sambungnya, juga sudah ada temuan-temuan dan dalam beberapa kurun waktu terakhir, discovery-nya itu memang didominasi oleh gas. Terutama di 2023-2024 ditemukan di Andaman dan Gengnor, di Andaman itu ada dua yakni di Layaran dan Tangkulo.
“Artinya apa? Ini yang ada shifting yang tadinya di oil dominated menjadi gas dominated. Sehingga in one hand itu menempatkan Indonesia kembali on the map dimata para investor, untuk melakukan investasi terhadap eksplorasi di Indonesia itu sendiri,” ujarnya.
Lanjut Hudi, yang namanya kegiatan industri hulu migas itu memiliki dampak yang besar terhadap multiplying effect. Contohnya dengan adanya terjadi pengeboran, manage projek, konstruksi dan lain-lain.
“Ower the past couple years itu sudah ada beberapa PSM yang sudah onstream. Itu di Cakrik, Muara Bakau, INI, di Train 3 Tangguh dan tentu saja di wilayah region 4 sendiri di JTB yang sudah onstream juga,” imbuh Hudi.
Lebih lanjut kata Hudi, ekonomi dunia menjadi suatu hal yang sangat menantang. Karena yang namanya pertumbuhan ekonomi dunia itu kurang lebih kurang dari 3 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia itu saat ini di sekitar 5 persen, dimana target Presiden sekitar 8 persen.
“Kesempatan itu kita harus segera mengonstreamkan projek-projek discovery-discovery,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas.

Lanjut Hudi, saat ini pihaknya juga sedang mendorong Carbon Capture and Storage (CCS) dan juga Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS). Yang mana pihaknya melihat adanya trend investasi global yang meningkat.
“Bagaimana untuk kita bisa step in untuk further investment melalui yang namanya clean energy atau green energy,” bebernya.
Tidak hanya itu, Hudi juga menjelaskan, IMF Estimate Indonesia di GDP rank berada di nomor 16. Dengan kondisi saat ini, oleh PWC diproyeksikan untuk tahun 2030 itu meningkat menjadi posisi kelima dan di 2050 bahkan naik menjadi posisi keempat di dunia.
“Artinya itu akan juga menyebabkan yang namanya peningkatan dari sisi konsumsi dari energi,” kata Hudi.
Kemudian sesuai rencana umum energi nasional (RUEN) yang dikeluarkan oleh Dewan Energi Nasional, dimana saat ini masih didominasi oleh fossil fuel, yaitu minyak dan gas dibandingkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Yang mana kedepannya memang secara peesentase terjadi pengurangan dari sisi fosil dan peningkatan dari sisi EBT.
“Kita belum bisa sepenuhnya melepaskan diri dari yang namanya fosil fuel, karena volume konsumsi minyak itu sendiri naik sekitar 130 persen dan volume konsumsi gas akan naik sekitar 298 persen. Artinya masih banyak kesempatan industri hulu migas untuk dapat berkontribusi terhadap perkembangan negara ini,” ucap Hudi.
Lanjutnya, dari sisi program prioritas, program nomor 1 mengenai swasembada energi, nomor 11 mengenai net zero emission dan juga nomor 15 melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam.
“Ditiga poin inilah yang namanya peran dari industri hulu migas menjadi sangat penting,” tandasnya.
Oleh karena itu, kata Hudi, jika breakdown on a case by case basis, untuk menuju kearah ini berarti harus dipastikan di industri hulu migas yang namanya lifting atau produksi harus bisa dijaga. Salah satunya mengenai optimalisasi dari aset yang saat ini ataupun dari percepatan projek-projek yang saat ini akan di-onstreamkan.
Ditegaskan Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, keberadaan media terhadap peningkatan lifting sangat penting. Hal ini karena media memiliki peran penting menyuarakan industri hulu migas untuk menghindari terjadinya mispersepsi di masyarakat.
“Apabila mispersepsi itu kita bisa hilangkan di masyarakat, yang terjadi adalah masyarakat akan mendukung terhadap kegiatan industri hulu migas secara lokal itu sendiri. Sehingga itu akan terjadi percepatan-percepatan dari proses-proses operasi yang saat ini sedang berjalan,” tegasnya.
Sementara itu, Manager Comrel & CID Regional Indonesia Timur Rahmat Drajat menyatakan, salah satu tema utama di bisnis migas dan Pertamina adalah Business Sustainability.
“Jadi bagaimana semua fungsi itu mendukung sustainability dari bisnis Pertamina, termasuk tentunya bagian kita yang hubungan humas dengan media. Bagaimana peran dari media untuk mengedukasi masyarakat tentang program-program Pertamina. Kemudian sebagai feedback juga untuk hal-hal yang mungkin perlu kita perbaiki atau perlu kita tingkatkan,” pungkasnya dihadapan 104 media yang mengikuti Media Gathering Pertamina 2025.