Raja Ampat — Upaya pengembangan keterampilan kerajinan kerang bagi ibu-ibu di Kabupaten Raja Ampat terus mendapat dukungan dari para pengrajin profesional.
Salah satunya adalah I Made Kanan Jaya, pengrajin asal Denpasar, Bali, yang turut memberikan pelatihan lanjutan bagi para peserta untuk meningkatkan kreativitas dan kualitas produk kerajinan lokal.

Made Jaya menegaskan, ilmu yang diberikan kepada para peserta bukan hanya bersifat dasar, tetapi berkelanjutan dan terus diperbarui sesuai kebutuhan pasar.
“Ilmu yang kami berikan sekarang berkelanjutan. Yang kemarin kita ajarkan di Bali, sekarang kita tambah sesuai keseharian mereka di sini. Karena kami lihat ada potensi pariwisata yang datang, perlu juga pernak-pernik seperti kalung, gelang, dan lampu-lampu hias yang dibutuhkan resort-resort. Itu bisa dikerjakan di sini,” ujar I Made Kanan Jaya yang menjadi narasumber dalam kegiatan Pelatihan Kerajinan Kerang yang diselenggarakan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Papua Barat Daya, di Kabupaten Raja Ampat, Kamis (4/12/2025).

Ia menilai, ibu-ibu di Raja Ampat memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai pengrajin. Namun perlu perubahan pola pikir agar mampu melihat peluang ekonomi dari kerajinan kerang.
“Mindset mereka harus dirubah bagaimana supaya bisa mendatangkan uang untuk kesejahteraan keluarganya. Itu yang kami tanamkan dan berikan motivasi,” katanya.

Menurut Made Jaya, kemampuan para peserta sudah mulai terlihat dan ilmu yang diberikan telah terserap dengan baik. Namun, inovasi tetap penting agar produk yang dihasilkan tidak monoton.
“Menjadi pengrajin itu harus terus berinovasi, tidak bisa itu-itu saja. Kita harus punya ide sesuai kemauan tamu, bukan hanya kemauan kita. Kalau tamu suka, mereka pasti membeli,” jelasnya.

Ia menambahkan, kerajinan kerang memiliki peluang besar untuk mendorong ekonomi masyarakat. Bahkan, limbah kerang yang banyak ditemukan di Raja Ampat dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah.
“Limbah-limbah kerang perlu dimanfaatkan dalam bentuk beda lagi. Tempat rokok, tempat sabun, apa yang diinginkan pasar, itu yang harus digali dan harus punya ciri khas budaya sendiri. Seperti kami di Bali punya ukiran, disini juga bisa dibuat ukiran khas Raja Ampat,” tuturnya.

Terkait peralatan kerja, Made Jaya mengungkapkan bahwa sebagian alat pelatihan didatangkan langsung dari Bali. Namun kedepan, ia berharap para pengrajin bisa berinisiatif menambah peralatan sendiri untuk mendukung produktivitas.
“Kalau mereka ingin maju, selain bantuan pemerintah, mereka harus punya ide untuk menambah alat-alat yang diperlukan. Itu yang akan membuat mereka berkembang,” ungkapnya.
Made Jaya memberikan tips sederhana yang menurutnya wajib dimiliki setiap pengrajin agar sukses. Yakni rajin, ulet dan pantang menyerah.

“Pengrajin itu berasal dari kata rajin. Walaupun tidak ada daun, akar pun jadi. Mindset itu harus dimiliki. Potensi di Raja Ampat besar, bahkan bisa diekspor,” katanya.
Dengan pelatihan dan pendampingan yang diberikan, diharapkan ibu-ibu Raja Ampat mampu menghasilkan produk kerajinan kerang berkualitas tinggi yang tidak hanya diminati wisatawan, tetapi juga mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.













