Berita  

SPBU Satu Harga Hadir di Pesisir Selatan Raja Ampat: Energi Untuk Negeri di Ujung Timur

Kampung Napirboi terletak di garis pesisir Selatan Pulau Waigeo. Akses ke wilayah ini tidak mudah dan jalannya berliku. Perjalanan dari Waisai ibukota Raja Ampat, memakan waktu sekitar satu jam dengan kendaraan darat.

Di tepi Pantai Selatan Raja Ampat, tepatnya di Kampung Napirboi, Kelurahan Sapokren, Distrik Waigeo Selatan, kini berdiri tegak sebuah simbol pemerataan energi nasional. Suara mesin pompa kini terdengar akrab di telinga warga. Bukan suara kapal nelayan yang bersandar, melainkan bunyi khas dari dispenser bahan bakar di SPBU Satu Harga 86.984.21.

Bagi masyarakat pesisir, kehadiran Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ini bukan sekedar infrastruktur baru. Akan tetapi juga harapan baru, tanda bahwa energi bersubsidi kini benar-benar hadir hingga ke pelosok Tanah Papua.

Sejak pompa itu pertama kali berfungsi, warga di Napirboi seperti mendapatkan napas baru. Di tempat yang dulu sulit dijangkau logistik dan mahal bahan bakar, kini deru motor, mobil dan perahu nelayan mulai kembali ramai. Kehadiran SPBU ini bagi warga, bukan sekedar tempat membeli bensin, melainkan simbol kehadiran Negara.

SPBU Napirboi merupakan bagian dari program strategis nasional BBM Satu Harga yang dijalankan oleh PT Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku. Program ini merupakan penugasan langsung dari Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), dengan tujuan memastikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang setara di seluruh wilayah Indonesia, dari kota besar hingga daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).

Bagi Agus Mirino, sopir angkutan trayek Waisai-Sapokren, perubahan ini sangat terasa. BBM bukan hanya bahan bakar untuk kendaraan, tapi bahan bakar untuk kehidupannya. Setiap liter liter yang ia isi di tangki mobilnya, berarti kesempatan untuk membawa penumpang, mengantarkan barang dan menyekolahkan anak-anaknya.

Bagi masyarakat pesisir, kehadiran Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Napirboi bukan sekedar infrastruktur baru. Akan tetapi juga harapan baru, tanda bahwa energi bersubsidi kini benar-benar hadir hingga ke pelosok Tanah Papua, foto: Irianti/BalleoNews

“Dulu saya harus ke Kota Waisai untuk beli BBM subsidi. Kalau tidak, ya terpaksa beli eceran mahal. Sekarang sudah ada SPBU disini, kami bisa bernapas lega,” ujar Agus sambil tersenyum kepada wartawan yang mewawancarainya saat sedang mengisi BBM di SPBU Napirboi, Sabtu (14/10/2025).

Cerita serupa datang dari Yoel, tukang ojek asal Kampung Napirboi. Ia mengaku dulu kerap kesulitan mencari bensin bahkan harus menunda mengantar penumpang ketika stok di pengecer habis.

“Dulu kalau bensin habis, kami bisa berhenti ojek berhari-hari. Sekarang mau cari BBM untuk motor tidak susah lagi ke Waisai. Disini sudah ada, jadi sangat membantu dan meringankan beban kami warga kecil. Kami bersyukur sekali, karena BBM satu harga sudah hadir di kampung kami,” kata Yoel.

Bagi masyarakat pesisir yang sebagian besar menggantungkan hidup pada aktivitas nelayan, transportasi dan perdagangan kecil, keberadaan SPBU ini benar-benar menjadi nafas baru bagi perekonomian lokal.

SPBU Napirboi dikelola oleh pengusaha lokal, sebuah bentuk kolaborasi yang memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat setempat. Sejak pompa pertama dihidupkan, warga pesisir kini tidak lagi harus menempuh perjalanan jauh ke Kota Waisai untuk mendapatkan BBM bersubsidi. Harga bahan bakar kini setara dengan harga di kota, memberi ruang bagi roda ekonomi lokal untuk berputar lebih cepat.

Bagi Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, ini adalah wujud nyata dari filosofi pemerataan energi. Menghadirkan keadilan bukan hanya melalui harga BBM, tapi juga melalui partisipasi masyarakat lokal dalam mengelola dan merawat fasilitasnya.

Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Ispiani, menegaskan bahwa upaya ini adalah bagian dari komitmen Pemerintah dalam menghadirkan keadilan energi bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Untuk Papua, ada Mamberamo Raya dan Raja Ampat, sedangkan dua titik lainnya di Ambon dan Ternate. Tahun ini total ada lima belas titik BBM Satu Harga di seluruh Indonesia,” ujar Ispiani.

Ia menjelaskan, program ini bukan sekedar urusan distribusi bahan bakar. Tetapi juga langkah konkret untuk mengurangi disparitas harga BBM yang selama ini membebani masyarakat di wilayah terpencil. Dengan hadirnya SPBU Satu Harga, Pertamina berkomitmen menjaga ketahanan energi nasional serta memperkuat pemerataan ekonomi di kawasan timur Indonesia.

Pada 2025, Pertamina menargetkan pembangunan 4 titik BBM Satu Harga di wilayah Papua dan Maluku. Masing-masing di Mamberamo Raya, Raja Ampat, Ambon dan Ternate. Tak terhenti disitu, pada tahun berikutnya direncanakan penambahan 6 titik baru di daerah 3T lainnya, guna memperluas jangkauan energy hingga ke pelosok nusantara.

Langkah ini menunjukkan keseriusan Pertamina dalam menjawab tantangan geografis Indonesia yang begitu luas dan berpulau-pulau. Di Papua sendiri, distribusi BBM kerap dihadapkan pada medan berat dan akses yang terbatas. Namun komitmen untuk mewujudkan keadilan energi tetap tidak surut.

Setiap liter bahan bakar yang dijual di SPBU Napirboi telah diukur dengan standar nasional. Dengan toleransi maksimal 0,6 persen dan saat ini berada di angka 0,4 persen, atau “on spec” yang artinya masih sesuai standar kualitas Pertamina, foto: Irianti/BalleoNews

Meski manfaatnya begitu besar, Irsan Gasani, Sales Branch Manager Papua Barat I Pertamina Patra Niaga mengakui bahwa Raja Ampat menghadirkan tantangan tersendiri. Raja Ampat adalah gugusan pulau dengan akses logistik yang kompleks. Setiap tetes BBM yang sampai ke Napirboi, menempuh perjalanan panjang. Distribusi bahan bakar dilakukan dengan sistem multimoda, menggabungkan kapal, bahan bakar dipindahkan ke jeti dan mobil tangki sebelum sampai ke lembaga penyalur.

Di beberapa titik, pengiriman bahkan dilakukan dengan cara manual, menggunakan drum. Hal ini lantaran belum semua lokasi memiliki infrastruktur yang memadai.

“Distribusi disini tidak bisa disamakan dengan daerah lain. Kadang dari kapal ke drum, tergantung kondisi lapangan. Sistem ship to ship belum diterapkan disini, karena keterbatasan fasilitas,” jelas Irsan.

Namun tantangan itu tidak menyurutkan semangat, justru disitulah nilai sesungguhnya dari program BBM Satu Harga. Kehadiran yang nyata meski sulit, namun konsiten ditengah keterbatasan.

Kini masyarakat Napiboi tidak lagi bergantung pada pasokan dari sumber tidak resmi. Semua transaksi dilakukan di SPBU resmi, dengan pengukuran yang sesuai standar nasional.

Setiap liter bahan bakar yang dijual di SPBU Napirboi telah diukur dengan standar nasional. Dengan toleransi maksimal 0,6 persen dan saat ini berada di angka 0,4 persen, atau “on spec” yang artinya masih sesuai standar kualitas Pertamina.

“Kalau lewat dari itu, harus dikalibrasi ulang. Kami pastikan setiap tetes BBM yang diterima masyarakat memenuhi standar,” tambah Irsan.

Kehadiran SPBU Satu Harga di Kampung Napirboi bukan hanya simbol pemerataan energy. Tetapi juga lambang kebanggaan lokal. Bendera Merah Putih yang berkibarf di halaman SPBU, seolah menjadi penanda bahwa pembangunan telah benar-benar menyentuh pesisir Selatan Raja Ampat, tempat yang dulu sering terlewat dalam peta pembangunan nasional.

Bagi warga, SPBU ini bukan sekedar tempat mengisi bahan bakar. Ia adalah titik terang dari kehadiran Negara. Sebuah pesan bahwa pembangunan tidak hanya berhenti di kota besar, melainkan menjangkau hingga ke kampung-kampung kecil di ujung timur Indonesia.

Program BBM Satu Harga yang diluncurkan sejak 2017, telah menjadi salah satu instrument utama Pemerintah dalam menghapus kesenjangan harga bahan bakar di daerah 3T. Melalui kerja sama antara Pertamina Patra Niaga, BPH Migas dan Pemerintah Daerah, program ini memastikan masyarakat di pelosok dapat menikmati BBM bersubsidi dengan harga sama seperti di Jakarta atau Surabaya.

Dengan bertambahnya titik-titik baru, termasuk di Napirboi, Mamberamo Raya, Ambon dan Ternate, Pemerintah berharap energi dapat menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia. Bukan sekedar komoditas, melainkan fondasi kesejahteraan dan kemandirian rakyat.

Dari Napirboi, pesan itu bergema. Energi adalah hak setiap warga Negara. Melalui SPBU Satu Harga, Pertamina dan Pemerintah menghadirkan bukti nyata bahwa pembangunan bisa dan harus menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Di pesisir yang jauh dari hiruk pikuk kota, roda ekonomi kini berputar kembali, membawa harapan baru bagi masyarakat Raja Ampat dan sekitarnya. (IRIANTI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *