Dalam sejarah hadirnya Pemerintah Kota Sorong, untuk pertama kalinya sampah dihambur di depan pintu masuk Kantor Walikota Sorong.
Peristiwa ini terjadi sebagai buntut dari kekecewaan 121 petugas kebersihan, yang dirumahkan secara sepihak mulai tanggal 30 Juni 2025.
Pantauan BalleoNews, lantaran belum ada kejelasan terkait nasib mereka, para petugas kebersihan yang dirumahkan kembali mendatangi Kantor Walikota Sorong.
Tidak hanya itu, para petugas kebersihan ini juga melampiaskan amarah mereka dengan kembali mendatangkan boks sampah dan menghambur tumpukan sampah itu tepat didepan pintu masuk Kantor Walikota Sorong.
Selain itu, para petugas kebersihan yang dirumahkan juga sempat bersitegang dengan beberapa anggota Satpol PP Kota Sorong.
Wali Kota Sorong Septinus Lobat yang menemui para petugas kebersihan yang dirumahkan mengatakan, pemerintah akan mencarikan solusi termasuk memanggil perusahaan pengelola kebersihan saat ini untuk berdiskusi.
“Tolong serahkan data lengkap jumlah karyawan yang dirumahkan, jangan ditambah. Nanti kami diskusikan dengan perusahaan yang menangani. Intinya harus diupayakan untuk dipekerjakan kembali. Tidak perlu lagi demo, percayakan kepada saya,” ujar Wali Kota Sorong.
Wali Kota juga meminta waktu satu hingga dua minggu, untuk membahas lebih lanjut bersama Dinas Lingkungan Hidup dan perusahaan terkait.
“Saya minta maaf karena kemarin tidak datang. Saya lelah, dari pagi sampai malam di luar,” imbuhnya.
Meskipun sudah mendengar penjelasan dari Wali Kota Sorong, namun para petugas kebersihan mengaku kecewa dengan tanggapan tersebut. Mereka juga menolak untuk kembali menunggu selama dua minggu.
“Kami sudah dua minggu menunggu, jangan suruh kami menunggu lagi. Kami datang minta kejelasan hari ini, bukan nanti,” tegas salah satu ptugas kebersihan.
Sementara itu, salah satu petugas kebersihan.Rosa menyampaikan kekecewaannya secara langsung di hadapan Wali Kota Sorong.
Menurutnya, sejak pergantian perusahaan, dirinya dan teman-teman petugas kebersihan lainnya masih tetap bekerja.
“Tapi sekarang kenapa justru kami dikesampingkan. Kami datang karena merasa ada yang tidak beres dan ingin mempertanyakannya. Kami ini sudah puluhan tahun kerja, bahkan saat gaji masih lima ribu rupiah. Kami tahu, tiap kontrak habis selalu ada arahan dari pimpinan untuk tetap kerja baik dan berharap kontrak diperpanjang. Tapi tanggal 30 Juni kami diberhentikan dan sekarang sudah ada perusahaan baru yang bekerja. Atas dasar apa mereka mulai bekerja, kalau kontrak belum keluar?,” beber Rosa.
Rosa juga menyinggung pernyataan Direktur Kebersihan Jhon Malibela, yang menurutnya tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Katanya semua karyawan lama akan direkrut, tapi yang bekerja sekarang hanya tiga orang. Kami ingin kejelasan, kami manusia dan ingin dihargai. Jangan piring makan kami ditumpahkan,” imbuhnya.
Rosa juga menyampaikan kekecewaannya, atas pernyataan Wakil Wali Kota yang menyebut bahwa kota ini tetap dinilai kotor meski mereka telah bekerja selama 19 tahun.
“Kami kerja tak kenal hujan dan banjir, tak pernah libur. Kami tidak minta pujian, tapi paling tidak dihargai,” tandas Rosa.